Apa itu PGW?
PGW atau Panacea Goes Wild merupakan sarana rekreasi dan refreshing yang diperuntukan seluruh anggota Panacea. Biasanya sih di alam-alam gitu, biar gak stress lihat hirup pikuknya kota.
Nah PGW kali ini kita ngetrip ke SANGIANG! Yups, Sangiang adalah sebuah pulau di daerah Serang yang bisa dicapai dengan kapal melalui pelabuhan Paku, Anyer. Penasaran cerita kami? Chek this out!
Kamis, 4 Februari 2016
Kami memilih menggunakan kereta Api Progo jurusan Lempuyangan-Pasar Senen untuk transportasi pertama. Kereta berangkat pukul 14.30 dari stasiun lempuyangan. Seharusnya jam 14.00 kami semua sudah berkumpul di sana untuk menunggu pemberangkatan kereta, namun karena kemacetan lalu lintas kami baru tiba pukul 14.25. Nyaris ditinggal kereta.
Setelah kurang lebih 9 jam di kereta, akhirnya kami sampai di Jakarta tepatnya di Stasiun Pasar Senen jam 23.27.
Jumat, 5 Februari 2016
Setelah sholat dan beristirahat sejenak, kami mencari angkot untuk disewa dan bisa mengantar kami ke Cilegon. Terjadi negosiasi yang alot dengan supir angot, akhirnya kami hanya bisa diantar sampai daerah Kebun Jeruk lalu diminta naik bis umum agar bisa lanjut ke Cilegon. Setelah turun dari angkot, kami langsung disambut oleh bis umum jurusan Merak yang bisa mengantar kami ke Cilegon. Karena harga yang ditawarkan tidak sesuai dengan budget kami, lagi-lagi terjadi perdebatan yang sengit dengan kondektur bis. Di sini terasa kerasnya hidup di ibu kota 🙁
Sekitar 3 jam perjalanan menuju ke Cilegon, kami turun di Simpang 3 untuk kemudian harus naik angkot lagi ke pelabuhan paku. Karena masih pukul 02.30 dini hari, kami memutuskan untuk mencari tempat singgah dan menunggu pagi baru melanjutkan perjalanan. Kami beristirahat di sebuah masjid milik Sekolah Menengah di daerah tersebut. Pukul 05.00 kami bangun dan sholat subuh. Setelah bersiap dan sarapan, kami melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Paku dengan angkot Silver. Sekitar 30 menit kami sudah tiba di pelabuhan Paku.
Sembari menunggu guide dan kapal yang akan mengantar ke Sangiang, kami berfoto, membuat video, dan membeli ikan di TPI untuk tambahan lauk di sana. Kapal pun tiba. Perjalanan menuju pulau Sangiang tidaklah sesingkat yang kami kira. Sekitar 1-1.5 jam kami baru tiba di Pulau Sangiang.
Karena sudah tidak sabar untuk mencicipi air laut, tanpa istirahat kami langsung berganti pakaian dan berangkat menuju spot snorkling yang pertama. Nemo.
Tak banyak nemo yang bisa kami lihat, namun ikan-ikan lain tak kalah memukau. Terumbu karang di spot ini nggak terlalu banyak dan bewarna. Kebanyakan berwarna hijau atau oranye.
Spot selanjutnya. Tembuyung dan sekitarnya.
Di sini kami melihat ikan-ikan yang lebih beragam dan lebih besar. Bahkan dari kejauhan kami disambut oleh atraksi ikan monster yang melompat-lompat di air, nyaris kami kira itu ikan hiu. Siripnya mirip banget kaya hiu. Terumbu karangnya pun besar-besar dan beragam, ada yang berwarna hijau, kuning, biru, merah, putih, dan coklat.
Di area sekitar tembuyung ini kami juga masih menikmati kekayaan alam laut Indonesia.
Sedang asik bermain dan berfot bersama ikan tiba-tiba stu demi satu sengatan kami rasakan. Ternyata kmai kedatangan tamu kecil, ubur-ubur. Nggak tau ini jenis ubur-ubur apa, tapi serius ini kecil banget bahkan yang paling gede nggak sebesar telapak tangan. Mereka transparan, ada yang jernih, kebiruan, ungu, hingga merah. Tak kami hiraukan kedatangan ubur-ubur itu karena masih ingin menikmati kecantikan karang yang ada. Tak terduga segerombolan ikan kecil-kecil menyerbu ke arah kami, terlihat indah. Tapi yang tidak kami ketahui, ternyata di balik ikan kecil itu mengikuti gerombolan ubur-ubur yang serta merta menyerang kami layaknya musuh. “kami datang dengan damai!” seruan itu tak dihiraukan ubur-ubur yang terus menerus menyengat setiap kami lewat. Tangan, kaki, bibir, wajah, tak ada bagian yang terlewat dari sengatan.
Segera kami kembali ke kapal untuk mencari spot lain yang bebas dari serangan ubur-ubur. Namun apa daya, hampir semua spot dikuasai ubur-ubur. Alhasil kami kembali ke pulau dan beristirahat, masak, sholat, lalu makan.
Belum puas rasanya bermain bersama ikan-ikan. Usai makan kami segera kembali ke kapal untuk melanjutan petualangan bawah air kami. Bebas ubur-ubur. Yay!
Menjelang sore sekitar pukul 17.00 kami kembali ke pulau dan mulai mendirikan tenda, bebersih diri, masak, makan bersama, lalu tidur.
Sabtu, 6 Februari 2016
Hari kedua di Sangiang.
Setelah menyantap roti, kami melanjutkan perjalanan untuk menjelajahi daratan pulau Sangiang.
Sekitar pukul 09.00 kami mulai perjalanan kami menuju ke Goa Kelelawar. Melewati hutan bakau dan perkampungan warga, naik turun. Akhirnya tibalah kami di Goa Kelelawar. Apa yang terbayang dibenak kalian? Tepat! Aromanya. Decitan suara kelelawar, dan deburan ombak didalam goa tidak mampu mengusir aroma khas kelelawar. Konon, di goa ini kita bisa melihat ikan hiu jika arusnya tenang dan kondisi pasang. Sayang sekali saat itu arus sedang deras-derasnya.
Setelah puas melihat debur ombak dalam goa dan menikmati aroma kelelawar kami melanjutkan perjalanan ke pasir panjang. Kami singgah ke beberapa bukit dan tebing untuk menikmati keindahan laut dari atas. Sedikit guyuran hujan mempercepat langkah kami hingga akhirnya sampai di pantai pasir panjang.
Hamparan laut biru memanjakan mata kami. Di sinilah kami merasakan nikmatnya minum es sisri. 😛
Setelah puas bermain di pasir, makan gorengan, minum es, kami melanjutkan perjalanan untuk kembali ke tenda. Rasa lapar sudah menyambut kami saat tiba di tenda. Setelah cukup lama memasak, akhirnya kami makan siang pada sore hari.
Masih belum puas rasanya bermain di pulau ini. Masih belum rela juga meninggalkan pulau ini. Ini malam terakhir kami. Sore yang tersisa kami habiskan untuk melakukan snorkling di dekat pos penjaga. Menjelang maghrib kami berbersih diri dan mulai memasak.
Oiya, ada cerita yang tertinggal. Masih ingat ikan yang kami beli di TPI? Kapan kami memakannya? Tidak pernah. Rencananya Sabtu pagi kami ingin menyantap ikan tersebut. Namun apa daya anjing pulau lebih sigap dan sudah menyantap habis ikan kami. Tak hanya ikan, bahkan sayur yang nyaris busuk pun dilahapnya 🙁
Oke, singkat cerita malam itu kami bercengkrama, bernyanyi, dan bersenda gurau bersama lalu tidur.
Minggu, 7 Februari 2016
Pukul 6 pagi kami sudah bersiap untuk pulang. Kapal jemputan sudah datang dan guide sudah meminta kami untuk segera. Berat rasanya. Meninggalkan pulau ini, dankembali ke rutinitas.
Pukul 07.00 kami mulai menyebrang. Setelah sampai di pelabuhan, mencari angkot, kami berpamitan dengan kru kapal dan guide kami.
Kurang lebih 1 jam kami diantar angkot menuju ke terminal Cilegon. Kepulangan kami kali ini menggunakan Bis AKAP Sinar Jaya untuk menuju Jogjakarta. Pukul 10.00 kami sudah tiba di pol Bis Sinar Jaya. Tiket sudah ditangan.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya am 12.30 bis berangkat menuju ke Jogja. Seharusnya jam 05.00 hari Senin kami sudah tiba di Jogja. Namun karena terjeak banjir dan macet, kami baru tiba di Jogja pukul 09.30.
Ingin bergabung dengan keseruan lainnya? Yuk ikuti PGW selanjutnya!
Viva Panacea!
(Alindya Diani, TBMM 23)