Praktikum, skills lab, tutorial, lecture, responsi, cbt. Yaaak, itulah sederat kegiatan akademik mahasiswa di fakultas kedokteran saat ini. Belum lagi ditambah kegiatan organisasi, dan kepanitiaan di sana sini. Sibuk sekali memang. Bagaimana tidak, seorang mahasiswa kedokteran memang dituntut untuk terus dan selalu belajar. Bukan hanya belajar dari apa yang diajarkan dosen, namun untuk menghadapi segenap kegiatan akademik itu tak jarang jam tidur pun terpotong begitu banyak. Misalnya saja besok ada jadwal tutorial, maka setidaknya malam sebelumnya mahasiswa harus menyiapkan bahan apa yang harus mereka pelajari untuk kemudian dibahas dalam tutorial, itu kalau besoknya tutorial saja. Nah, kalau akan ada responsi, ya harus belajar juga untuk responsinya. Selain segudang kegiatan akademik itu, ternyata banyak mahasiswa kedokteran yang cukup sibuk dengan organisasinya. Sebut saja mereka-mereka yang sering sekali rapat di sekre X, atau hanya sekedar duduk-duduk di sekre itu. Entah bagaimana, dengan 24 jam yang mereka miliki, mereka bisa menangani segala kesibukan tersebut. Namun, bagaimana cara mereka menjaga diri agar tidak mudah jatuh sakit. Salah satu jawabannya adalah dengan rajin berolah raga.
Dilansir dalam website news-medical.net, selama menjadi mahasiswa, seseorang cenderung lebih tidak aktif, tingkat aktivitas fisik mereka berkurang, indeks masa tubuh dan berat badan bertambah. Jeanne Johnston asisten profesor di School of Health, Physical Education and Recreation Indiana University “ Pada dasarnya, secara signifikan mahasiswa tingkat lanjut lebih tidak aktif apabila dibandingkan dengan mahasiswa tingkat pertama. Namun hal ini merupakan proses yang wajar, sebutnya. Dalam studinya, Johnston menemukan bahwa mahasiswa tingkat pertama dalam satu minggu menghabiskan waktunya sebanyak 684 menit untuk berjalan kaki sedangkan mahasiswa tingkat lanjut hanya sebanyak 436 menit.
Beberapa mahasiswa mengatakan bahwa mereka jarang sekali berolah raga. Alasan yang mereka utarakan kebanyakan adalah karena sibuk dengan kegiatan kampus, tidak ada sarana olah raga, tidak ada teman yang mau diajak berolah raga, atau bahkan lebih memilih untuk bersantai ketika ada waktu luang.
Padahal setelah ditelusuri lagi, olah raga memberikan banyak manfaat. Bukan saja dalam hal meningkatkan kebugaran, namun masih ada lagi segudang manfaat lainnya. Menurut Harvard School of Public Health dalam websitenya, olah raga dapat meningkatkan kesempatan untuk hidup lebih lama dan lebih sehat. Membantu mencegah berkembangnya penyakit jantung, stroke atau pemicunya seperti hipertensi, atau timbulnya pola lemak yang tidak diinginkan. Membantu mencegah perkembangan beberapa kanker tertentu seperti kanker kolon, kanker payudara, kanker paru-paru. Membantu mencegah timbulnya diabetes tipe 2, mencegah penambahan berat badan dan menjaga tetap stabil, meningkatkan kebugaran jantung, paru-paru, dan otot.
Selain semua manfaat tadi, terdapat manfaat lain yang sangat berhubungan dengan mahasiswa. Menurut studi yang dilakukan oleh American College of Sports Medicine mahasiswa yang melakukan olah raga dengan giat memiliki nilai akademik yang lebih baik dibandingan yang tidak. Studi ini dilakukan di Saginaw Valley State University di Michigan menelusuri kebiasaan berolah raga pada 266 mahasiswa undergraduates. Mereka menemukan bahwa mahasiswa yang rutin melakukan olah raga dengan giat memiliki IPK yang lebih tinggi. Namun apakah olah raga dapat dengan mudah meningkatkan IPK? Untuk menjawabnya, para peneliti juga mengontrol pada beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain jenis kelamin, lamanya waktu belajar dan partisipasi pada olah raga di kampus, mereka juga mengontrol area studinya. Setelah mengawasi semua variabel tadi, ditemukan bawa olah raga memberikan perbedaan yang signifikan, yaitu mahasiswa yang rutin berolah raga memiliki IPK 0,4 lebih tinggi dibandingkan yang tidak. Selain itu, studi terdahulu mmenemukan bahwa mahasiswa yang belajar lebih lama cenderung untuk berolah raga dengan rutin. Menurut Medicine and Science in Sports and Exercise mahasiswa yang belajar sekitar 3 jam per hari apabila dibandingkan dengan yang belajar kurang dari satu jam mereka 4 kali lebih cenderung untuk rutin berolah raga. Selian itu, dalam websitenya New York University juga mengatakan bahwa mahasiswa yang memiliki IPK 3.5 atau lebih akan cenderung untuk lebih rajin berolah raga dibangingkan yang memiliki IPK 3.0 atau kurang.
Nah, tunggu apa lagi. Ternyata banyak sekali manfaat yang didapat dengan berolah raga. Namun, olah raga yang baik memiliki beberapa kriteria. Dalam beberapa artikel, banyak yang menyebutkan tentang intensitas dalam berolah raga yaitu vigorous dan moderate exercise. Yang dimaksud dengan moderate-intensity adalah aktivitas ringan yang menyebabkan peningkatan pernapasan dan detak jantung, selain itu, intensitas ini juga masih memungkinkan untuk bercakap-cakap dengan nyaman. Sedangkan vigorous-intensity adalah aktivitas aerobik yang dapat menyebabkan pernapasan yang cepat, dan peningkatan detak jantung yang cukup banyak, serta masih dapat bercakap-cakap dengan kalimat yang lebih pendek.
WHO dalam Global Recommendations on Physical Activity for Health merekomendasikan untuk usia 18-64 tahun setidaknya melakukan 150 menit olah raga moderate-intensity, atau 75 menit vigorous-intensity dalam satu minggu dengan aktivitas aerobik atau kombinasi dari kedua intensitas tersebut. Aktivitas aerobik setidaknya dilakukan selama 10 menit. Untuk mendapatkan manfaat yang lebih, pada usia ini juga dianjurkan untuk melakukan 300 menit olah raga moderate-intensity, atau 150 menit vigorous-intensity dalam satu minggu atau kombinasi dari keduanya. Sedangkan untuk aktivitas pengencangan otot setidaknya dilakukan dengan melibatkan otot-otot mayor sebanyak 2 hari atau lebih dalamm satu minggu. Aktivitas fisik yang dianjurkan termasuk rekreasional, ataupun olah raga saat waktu luang seperti berjalan, bersepeda, permainan, dan olah raga yang terencana. Rekomendasi ini juga ditujukan untuk meningkatkan kardiorespiratori dan kebugaran otot.
Untuk menunjang tercapainya manfaat-manfaat dari berolah raga, tentu diperlukan asupan diet yang cukup sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Dalam AKG (Angka Kecukupan Gizi) 2013 disebutkan bahwa kecukupan energi per hari pada laki-laki usia 19-29 tahun adalah sebanyak 2500 kkal, dan pada perempuan usia yang sama sebanyak 2250 kkal. Sedangkan kecukupan air per hari pada laki-laki sebanyak 2500 ml dan 2300 ml pada perempuan. Kebutuhan itu dapat dipenuhi dari berbagai asupan makanan termasuk, makanan pokok, lauk nabatai dan hewani, sayuran dan buah, dan apabila masih kurang dapat ditambahkan susu.
Kebalikan dari semua manfaat yang didapatkan dari berolah raga, gaya hidup yang cenderung tidak banyak melakukan aktivitas fisik akan meningkatkan resiko terkena berbagai penyakit tidak menular seperti hipertensi, obesitas, dan kanker.
Dari paparan di atas, maka tidak ada salahnya apabila kita mulai membiasakan diri untuk lebih rutin lagi berolah raga. Agar di kemudian hari kita bisa merasakan manfaat-manfaat yang telah disebutkan di atas. Selain itu juga menurunkan tingkat stres akibat beban kuliah yang cukup berat. Hal lain yang tidak kalah penting adalah dengan menjaga diet kita agar tidak kekurangan atau kelebihan energi.
Referensi :
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013
http://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/staying-active-full-story/#exercise-intensity diakses pada 3 Mei 2014
http://well.blogs.nytimes.com/2010/06/03/vigorous-exercise-linked-with-better-grades/?_php=true&_type=blogs&_r=0 diakses pada 5 Mei 2014
http://www.nyu.edu/life/safety-health-wellness/live-well-nyu/priority-areas/physical-activity.html diakses pada 3 Mei 2014
http://www.news-medical.net/news/20101111/Physical-activity-level-decreases-among-college-students.aspx diakses pada 3 Mei 2014
WHO. 2010. Global Recommendations on Physical Activity for Health. Switzerland. WHO Press